Saturday, April 13, 2013

Filosofi Jatuhnya Okonomiyaki dan Okonomiyaki yang Tertukar

Hari Sabtu ini adalah satu dari sekian hari yang unik. Mungkin karena aku melihat beberapa kejadian dari sudut pandang yang berbeda di saat orang lain menganggap kejadian tersebut adalah hal konyol dan menjengkelkan.

Kejadian pertama terjadi saat aku makan malam bersama teman-teman kampus di kedai Ling-Ling yang berlokasi di Sukajadi, tak jauh dari mall PVJ. Aku penasaran pada rasa Okonomiyaki yang belum pernah kumakan sebelumnya hingga aku memesan makanan Jepang tersebut dengan topping beef (daging). Harusnya okonomiyaki pada umumnya berisi gurita, tapi aku tidak bisa memakan gurita. Yah, okonomiyaki seharga 17 ribu ini mungkin takkan mengecewakan, pikirku.

Saat pelayan datang membawa pesanan, tak sengaja pelayan tersebut menjatuhkan okonomiyaki beef milikku. Pelayan itu langsung meminta maaf dan tergopoh-gopoh membawa sapu dan pengki untuk membereskan makanan yang tumpah di atas lantai. Kemudian, dia bilang bahwa okonomiyaki beef akan segera dibuat kembali. Aku tidak merasa emosi atau tidak sabar karena itu sebuah kecelakaan. "Oke. Terima kasih ya," jawabku.

Setelah beberapa menit, okonomiyaki pesananku datang akhirnya. Aku langsung melahap makanan itu selagi masih panas. Tak lama, aku merasa aneh ketika melihat sebuah bagian berwarna merah hati, berbentuk lingkaran, dan berlapis seperti daun bawang di dalam okonomiyaki. Teman-teman pun berpikir sambil mencoba bagian itu. "Oh, ini mah kepiting," kata temanku.

Tertukar? Tentu saja.

"Udah mah tadi jatuh, nunggu lama, sekarang malah ketuker."

Hahahah benar-benar tidak beruntung. Walaupun begitu, aku tetap menikmati okonomiyaki kepiting tersebut sembari membagikan potongan kepiting pada teman-teman. Memang terasa enak karena bumbunya dapat diterima oleh lidah orang Indonesia. Kami pun pulang sehabis semua makanan dihabiskan dan membayar tagihan.

Saat aku dalam perjalanan pulang, aku tiba-tiba terpikir suatu analogi dari okonomiyaki tersebut. Kita tidak selalu mendapatkan hal yang kita inginkan dan harus berusaha sambil menunggu sabar untuk mendapatkan hal itu kembali. Kadang-kadang, ketika hal yang kita dambakan akhirnya datang, hal itu tidak berbentuk seperti gambaran kita. Namun pada akhirnya, kita dapat menikmati hal itu dan bahkan bisa berbagi hal itu (atau hasil) kepada orang-orang di sekitar kita.

Itulah sebabnya postingan satu ini diberi judul "Filosofi Jatuhnya Okonomiyaki dan Okonomiyaki yang Tertukar". Sounds like a dramatically cliche philosophy, I guess. Well, semoga aku masih bisa diberi kesempatan untuk menikmati hidup pada hari-hari berikutnya.


Current Song: Jonathan Rhys Meyers - This Time