Wednesday, February 19, 2014

George Orwell's 1984 Review

Pertama-tama, aku bersyukur bisa beli novel brilian ini pada bulan Januari lalu. Novel ini bisa tergolong susah banget untuk dicari di toko-toko buku impor di Indonesia karena buku ini belum diterjemahkan ke Bahasa Indonesia. Selain itu, novel ini juga bertema komunis dan tirani jadinya (menurut aku sih) belum ada publisher yang mau menerbitkan novel terjemahannya. Cara aku bisa ngebeli novel ini juga aneh banget, kayak yang kebetulan gitu. Waktu itu, aku ga ada niat sama sekali buat pergi ke Bandung Indah Plaza, tetapi gara-gara salah naik angkot, aku malah turun dekat BIP dan memutuskan untuk pergi ke sana. "Siapa tahu ada 1984 di lantai dasar," pikirku. Lalu, voila! Banyak kopian 1984 berjejer rapi di dekat pintu masuk toko buku Books & Beyond.

1984 ini adalah salah satu novel tentang dystopian world yang terkenal dan dinilai sebagai suatu prophecy bagaimana menciptakan suatu dunia yang dikendalikan penuh oleh pemerintah yang totalitarian. Novel ini pada intinya menceritakan seorang lelaki bernama Winston Smith yang jatuh cinta pada Julia dan bagaimana mereka berdua survive untuk memperjuangkan cinta mereka dalam suatu negara bernama Oceania. Di Oceania, falling in love atau making love itu illegal kecuali untuk melahirkan keturunan saja. Setiap gerak-gerik masyarakat Oceania diawasi oleh telescreen dan siapapun yang membangkang peraturan pemerintah akan dihukum atau di-unperson. Unpersoning adalah proses menghilangkan eksistensi seseorang dan segala dokumentasi yang mengandung orang tersebut seolah-olah orang itu ga pernah lahir ke dunia ini. Sounds Stalinism so much?

Novel ini keren banget sumpah, a must-read novel. 1984 ini ibarat percampuran Stalinism, communism, dan dictator, serta settingnya lebih sadis daripada settingnya The Hunger Games. Kadang-kadang ngeri juga seandainya ada negara kayak gitu sekarang. Yah, bisa dibilang North Korea mendekati soalnya ada unsur the cult of personality (seorang pemimpin yang harus selalu dihormati, ga peduli dia itu udah membuat kejahatan berkali-kali atau nggak), limited entertainment, dan hobinya perang terus.

Overall, 1984 itu salah satu novel yang wajib dibaca. Alur novelnya ga terlalu roller-coaster, tapi twistnya bikin orang membelalakkan mata. Akhir kata, it would so freaking horrible to see George Orwell's prophecy in 1984 come true.

No comments:

Post a Comment